الجملة البسيطة (مبتدا و خبر) و
(فعل و فاعل)
I.
PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an,
Hadis Nabi, maka untuk mengkaji keduanya dibutuhkan seperangkat alat atau
sarana agar tidak salah dalam membaca dan memahami teks arab yang belum ada
harakatnya serta untuk mengetahui perubahan-perubahan kata. Sebab apabila salah
dan keliru dalam pembacaan tesk akan mengakibatkan salah dan keliru dalam
pemaknaan. Untuk menghindari itu, sarannya adalah Ilmu Nahwu dan Shorof.
Keduanya merupakan keutuhan yang tidak boleh diabaikan.
Dalam makalah ini pemakalah membahas
mengenai Mubtada Khobar Fiil Fail Dan Pembagiannya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pengertian
mubtada dan khobar
B.
Pembagian
mubtada dan khobar
C.
Pengertian
fiil dan fail
D.
Pembagian
fiil dan fail
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
mubtada dan khobar

Mubtada ialah isim marfu' yang bebas
dari amil lafazh, sedangkan khabar ialah isim marfu' yang di-musnad-kan kepada
mubtada, contohnya seperti perkataan:
(Zaid
berdiri);
(dua
Zaid itu berdiri); dan 
(Zaid-Zaid
itu berdiri).[1]




Maksudnya: Mubtada
itu isim marfu' yang kosong atau bebas dari amil lafazh, yakni:
yang me-rafa'-kan mubtada itu bukan amil lafazh, seperti fa'il
atau naibul fa'il, melainkan oleh amil maknawi, yaitu oleh ibtida
atau permulaan kalimat saja.
Sedangkan
khabar adalah isim marfu' yang di-musnad-kan[2]
atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar
kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah yang me-rafa'-kan
khabar,seperti lafazh:
(Zaid
berdiri). Lafazh
menjadi
mubtada yang di-rafa'-kan oleh ibtida, tanda rafa'-nya
dengan dhammah karena isim mufrad. Sedangkan lafazh
menjadi
khabar-nya yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya
dengan dhammah karena isim mufrad.
(Dua
Zaid itu berdiri). Lafazh
menjadi
mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan alif
karena isim tatsniyah. Sedangkan lafazh
menjadi
khabar yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya
dengan alif karena isim tatsniyah.
(Zaid-Zaid
itu berdiri). Lafazh
mubtada
dan
menjadi
khabar-nya, di-rafa'-kan dengan memakai wawu karena jamak
mudzakkar salim.









Dalam Nazam
Alfiah Ibnu Malik
مبتداءزيد وعاذر خبر # ان قلت زيد عاذر من اعتذر

Sedangkan
khabar ialah isim yang marfu' di-musnad-kan (disandarkan) kepada mubtada karena sesuai
pada lafazhnya.
Adapun
meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut:
(saya)
berkedudukan menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya
mabni sukun. Sedangkan lafazh
menjadi
khabar-nya, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah.
Dan
(kami
berdiri). Lafazh
berkedudukan
menjadi mubtada, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan mabni
dhammah, sedangkan
menjadi
khabar-nya, juga di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan wawu
karena jamak mudzakkar salim. Dan lafazh yang menyerupainya, seperti:






B.
Pembagian
mubtada dan khobar
Pembagian Mubtada:
1. Secara garis besar mubtada terbagi menjadi dua yaitu mubtada اسم صريح
dan mubtada مؤول به[4]
![]() |
2. Di baca rofa
|



|
|
||||
|
Adapun amil yang
merofakan mubtada adalah amil manawi ibtida.
3. Sepi dari amil lafdi
Amil lafdi yang tidak boleh masuk pada
mubtada adalah amil lafdi yang asli, sedangkan yang زائدة
atau شبه زائد boleh masuk pada mubtada. Contoh:
بحسبك
درهم (زائدة)
ربَّ رجلٍ كريمٍ لقتُهُُ(شبه زائد)
Mubtada syartiya
harus berupa isim marifat, sebab mubtada adalah Mahkum Alaih (Perkara
yang dihukumi) sedangkan mukhotob tidak mungkin faham terhadap faidahnya khobar
bila Mahkum Alaih (Mubtada) tidak jelas (Nakiroh).
Apabila ada isim nakiroh menjadi mubtada
maka harus mempunyai مسوغ (perkara yang memperbolehkan) dan مسوغ tersebut adalah:
a.
Didahului
nafi atau istifham contoh: مارجل قائم,هل رجل قائم
b.
Di
sifati contoh:
عبد مؤم خير من مشرك
c.
Khobarnya
berupa dorof atau jer majrur yang mendahului mubtada contoh:عندك رجل,في الدار امراة.
d.
Di
idofahkan contoh: خمس صلوات كتبهن الله
e.
Ada
tujuan membagi conyoh:
f.
المعربات قسمان: قسم يعرب بالحركات و قسم يغرب با لحروف.
Syarat
mubtada lahul marfu sada masadda khobar:
a.
Didahului
nafi atau
istifham.
b.
Mubtada
harus berupa isim sifat,
1)
Isim
fail : اقائم الزيدانِ
2)
Isim
maful:امضروب الزيدونَ
3)
Isim
sifat musabihah :
هل حسن الزيدونَ
c.
Mubtada
harus berupa isim nakiroh, mubtada boleh berupa marifah.
Pembagian khobar:
Khobar mubtada’ terbagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu:
1.
Khobar
mufrod : khobar yang tidak terdiri dari jumlah. Lafad khobar ini ada 3 (tiga):
a.
Khobar
mufrod mustaq: khobar yang terdiri dari isim fail, maf’ul, isim tafdil, atau sifat
musabbihah, ia punya dhomir yang kembali kepada mubtada’.
Contoh : العلم
نافع
Hukum
dari khobar mufrad mustaq ini wajib mutobiq (sama) dengan mubtada’nya baik
bentuk maupun jenisnya (mufrad, tasniah, jama’, mudzakkar dan muannasnya).
Contoh:
مفرد مذكر
|
الاستاذ عالم
|
تثنية مذكر
|
الاستاذان عالمان
|
جمع مذكر
|
الاستاذون عالمون
|
مفرد مؤنث
|
الاستاذة عالمة
|
تثنية مؤنث
|
الاستاذتان عالمتان
|
جمع مؤنث
|
الاستاذات عالمات
|
مفرد مذكر
|
هو محبوب
|
مفرد مؤنث
|
هى محبوبة
|
مفرد مؤنث
|
هذه التلميدة فضلى التلاميد
|
تثنية مؤنث
|
الفصلان نظيفان
|
b.
Khobar
mufrod jamid
: lafadz khobar yang tidak termasuk salah satu lafadz khobar mufrod mushtaq. Contoh :
الصمت
زين
السكوت سلامة
Khobar mufrod
jamid ini tidak harus mutobiq dengan mubtada’nya. Contoh:
الالوان
سبعة
الجملة
نوعان
العلمأ
سراج الامة
c.
Khobar
mufrod muawwal bilmustaq : lafad khobar mufrod yang jamid namun yang di maksud
adalah lafad mustaq. Contoh:
محمد اسد اى شجاع هو (Muhammad itu harimau yakni ia pemberani).
Karena yang dimaksud adalah lafad mushtaq maka hukum khobar mufrod muawwal
bilmushtaq ini pun
harus mutobi’ dengan mubtada’nya.
2.
Khobar
jumlah: khobar yang terdiri dari jumlah. Hokum dari khobar jumlah ini harus
punya dhomir yang kembali kepada mubtada’. Dan ini terbagi menjadi 2 macam:
a.
Khobar jumlah fi’liyyah : khobar yang terdiri
dari fiil dan fail. Failnya berupa dlomir
yang kembali kepada mubtada’nya. Contoh:
Muhammad
sedang sholat
|
محمد يصلى
|
Dua
orang murid sedang belajar
|
التلميدان يتعلمان
|
Murid-
murid sedang belajar
|
التلاميد يتعلمون
|
Dia
sudah belajar
|
هى تعلمت
|
Kamu
semua sedang belajar
|
انتم تتعلمون
|
Murid-
murid(p) sudah faham
|
التلميدات فهمن
|
Kamu
sedang belajar
|
انت تتعلمين
|
Kamu
sedang belajar
|
انت تتعلم
|
b.
Khobar jumlah ismiyyah: khobar yang terdiri dari
mubtada’ dan khobar. Contoh:
فريد ابوه عالم
|
التلميدان
ابوهما عالم
|
التلميدون
ابوهم عالم
|
التلميدات
ابوهن عالم
|
3.
Khobar
syibhu jumlah: khobar yang terdiri dari dzorof atau jer majrur yang bergantung
kepada sifat atau fiil yang di buang. Contoh :
Murid
di depan Guru
|
التلميد امام الاستاذ
اى التلميد كائن / يكون امام الاستاذ
|
Kitab
di atas bangku
|
الكتاب على المكتب
اى الكتاب كائن / يكون على المكتب
|
Catatan khobar dan mubtada
Khobar wajib mendahului mubtada’ apa bila :
1.
Khobarnya
berupa dhorof sedangkan mubtada’ berupa nakiroh
Contoh : عندى كتاب. وراء المدرسة بستان
2.
Khobarnya
berupa jer majrur sedangkan mubtada’nya berupa nakiroh.
Contoh : فى الفصل تلاميد.
فى المسجد مسلمون
3.
Khobarnya
berupa isim istifham .
Contoh : اين الطريق؟
4.
Mubtada’nya
mengandung dlomir yang kembali kepada khobarnya.
Contoh :فى الفصل
صاحبه
Mubtada’ wajib mendahului khobarnya apabila :
1.
Mubtada’nya
berupa ma taajjubah.
Contoh: ما احسن الصدق
2.
Mubtada’nya
berupa كم الخبرية
Contoh: كم كتاب فى بيت
ابي
3.
Mubtada’nya
berupa شرط اسم
Contoh:من يكسل يخشر
4.
Mubtada’nya
berupa
استفهام اسم
Contoh:من فى الدار
5.
Mubtada’
yang di mudhofkan pada شرط اسم
Contoh:ابن من تنصر انصر
6.
Mubtada’
yang di mudhofkan pada استفهام اسم
Contoh:ابن من فى البيت
7.
Mubtada’
dan khobarnya sama- sama معرفةاسم atau sama نكرةاسم
Contoh:انت استاذى
8.
Khobarnya
berupa jumlah
Contoh: الدرهم انفقه
C.
Pengertian
fiil dan fail
Fiil
adalah kalimat yang menunjukan arti suatu pekerjaan dalam masa sekarang atau
yang akan datang.[5]
Dalam defenisi lain diterangkan Fiil
adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna dengan sendirinya dan
menggambarkan latar belakang waktu kejadian, dalam bahasa Indonesia fi’il
dikenal dengan istilah “kata kerja”.
Namun,
terdapat sedikit perbedaan yaitu dalam bahasa arab bentuk kata kerja itu
berubah sesuai dengan latar belakang waktu kejadiannya, tidak sebagaimana pada
bahasa Indonesia. Kata kerja ini mencakup kata kerja lampau (fi’il madhi),
kata kerja sekarang/akan datang (fi’il mudhari’), dan kata kerja
perintah (fi’il amr)
Fi’il
bisa dikenali dengan melihat ciri yang ada padanya, di antara ciri tersebut
adalah: [1] Didahului dengan kata qad (sesungguhnya), [2] Didahului
dengan kata saufa (kelak), [3] Didahului dengan kata sa (akan),
[4] Diakhiri dengan ta’ ta’nits sakinah (huruf ta’ sukun yang
menunjukkan pelakunya adalah perempuan), [5] Bisa bersambung dengan ta’
fa’il (huruf ta’ yang menunjukkan pelaku), [6] Bisa bersambung dengan nun
taukid (huruf nun tasydid yang menunjukkan penegasan)
Fail adalah isim marfu yang dibaca rofa
yang menjadi pelaku pekerjaan, kedudukannya terletak setelah fiil atau syibhul
fiil.[6] (syibhul
fiil adalah isim fail,sifat, sighot mubalaghoh,dan isim tafdhil,dalam
pembahasan ilmu sorof).[7]
Dalam kitab lain diterangkan fail adalah isim yang harus dibaca rofa dan isim
itu mengerjakan perbuatannya fiil. Atau fail ialah isim yang jatuh setelah fiil
tam yang ber mabni malum itu yang serupa dengannya dan isim tersebut
disandarkan kepada fiil tersebut.[8]
Contoh:
قال محمدٌ = Muhammad sudah berkata
تعلم
تلميدان=
Dua orang murid sedang belajar
يصلي المسلمون = Orang-orang muslim sedang solat
طار العصفور = Burung pipit terbang
يجلس الطالبون, = Para siswa duduk
فرحت هند = Hinduan bergembira
جري الحصانان = Dua ekor kuda lari
D.
Pembagian
fiil fail
Fiil (katakerja) terbagi ketiga massa, Yaitu:
1. Zaman Madhi : Massa Lampau (sudah lewat).
1. Zaman Madhi : Massa Lampau (sudah lewat).
2. Zaman Hal : Massa yang sedang berlangsung
3.Zaman istikabal : Massa yang belum terjadi.
Hukum fiil terbagi menjadi dua bagian :
pertama, fiil jamid yaitu : fiil yang tidak terbentuk dari masdar.
kedua, fiil Mutashorif yaitu : fiil yang terbentuk dari masdar
Pembagian fiil dari Tsulasi (tiga huruf), rubai (emapt Huruf), mazid (yang ditambah), salim (tidak ada huruf ilat) :
1.fiil tsulasi mujarod salim : نصر
2. fiil tsulasi mujarod ghoer salim : وعد (yang membuat menjadi ghoer salim karena ada huruf wau)
3. fiil tsulasi mazid salim : أكرم (disebut mazid karena ada hamzah sebagai huruf tambahan)
4. fiil tsulasi mazid ghoer salim : أوعد
5. fiil rubai mujarod salim : دخرج
6. fiil rubai mujarod goer salim : وسوس
7. fiil rubai mazid salim تدخرج
8. fiil rubai mazid ghoer salim : توسوس
3.Zaman istikabal : Massa yang belum terjadi.
Hukum fiil terbagi menjadi dua bagian :
pertama, fiil jamid yaitu : fiil yang tidak terbentuk dari masdar.
kedua, fiil Mutashorif yaitu : fiil yang terbentuk dari masdar
Pembagian fiil dari Tsulasi (tiga huruf), rubai (emapt Huruf), mazid (yang ditambah), salim (tidak ada huruf ilat) :
1.fiil tsulasi mujarod salim : نصر
2. fiil tsulasi mujarod ghoer salim : وعد (yang membuat menjadi ghoer salim karena ada huruf wau)
3. fiil tsulasi mazid salim : أكرم (disebut mazid karena ada hamzah sebagai huruf tambahan)
4. fiil tsulasi mazid ghoer salim : أوعد
5. fiil rubai mujarod salim : دخرج
6. fiil rubai mujarod goer salim : وسوس
7. fiil rubai mazid salim تدخرج
8. fiil rubai mazid ghoer salim : توسوس
Pembagian Fail
Di tinjau dari segi
lafadznya fail menjadi tiga macam yaitu:
1.
Fail shorih, yakni fail yang terdiri dari isim
dhohir.
Contoh : ذهب الوالدان( dua
orang tua telah pergi)
2.
Fail dhomir, yakni fail yang terdiri dari isim
dhomir
Fail dhomir ini terbagi
menjadi dua macam yaitu:
a.
Fail dhomir bariz.
Contoh : تعلمت (saya sudah belajar), يتعلمون (mereka sudah
belajar)
b. Fail dhomir mustatir. Dan ini terbagi dua macam yaitu:
1)
Dhomir
mustatir jawaz, yakni dhomir yang ada pada fiil madly dan fiil mudlori’ yang keduanya berwaqi’
mufrod mudzakkar atau mufrod muannas.
Contoh
: تعلم, تعلمت, تتعلم, يتعلم
2)
Dhomir
mustatir wujuban, yaitu dhomir yang ada pada fiil mudhori’ yang berwaqi’ mufrod mukhotob atau mutakallim
wahdah/ ma’a ghoir fiil amar yang berupa waqi’ mufrod mukhotob, isim fiil yang berwaqi’ mutakallim
atau mukhotobah, fiil taajub yang mengikuti wazan ma af’ala dan pada afalul
istima’.(خلا, عدا, حاشا). Contoh :
تقراء kamu sedang membaca
اقراء saya sedang membaca
نقراء kita sedang membaca
اقراء bacalah
اف saya jenuh
3.
Fail muawwal bissorih yaitu fail yang terdiri
dari huruf masdariyyah yang menerangkan fiil yang jatuh setelah sebagai
masdarnya.Contoh :
kamu wajib bersungguh-
sungguh (يجب ان تجتهد اى يجب اجتهادك)
IV.
KESIMPULAN
a.
Mubtada ialah
isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar ialah isim marfu'
yang di-musnad-kan kepada mubtada, contohnya seperti perkataan:
(Zaid berdiri);
(dua Zaid itu
berdiri); dan 
(Zaid-Zaid itu
berdiri).




b.
Sedangkan khabar
adalah isim marfu' yang di-musnad-kan[9]
atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar
kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah yang me-rafa'-kan
khabar,seperti lafazh:
(Zaid
berdiri).

c.
Fiil adalah kalimat yang menunjukan arti suatu pekerjaan dalam masa
sekarang atau yang akan dating.
d.
Fail adalah
isim marfu yang dibaca rofa yang menjadi pelaku pekerjaan, kedudukannya
terletak setelah fiil atau syibhul fiil.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya
sampaikan, pemakalah menyadari betul jika dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya butukan demi kesempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua
khususnya bagi para pembacanya amin…..
DAFTAR PUSTAKA
Din,
Bahaud Abdullah Ibnu ‘Aqil, 2006, Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo)
Jarim, Ali, tt, Nahwu Wadi Jus 1, (Surabaya, Hidayah)
Maarif , Syamsul, 2008, Nahwu Kilat,
(Bandung, CV Nuansa Aulia)
Samsyuddin , Syekh Muhammad Arra’ini
, 2006, Tarjamah Mutammimah Ajurumiyyah, (Bandung:Percetakan Sinar Baru
Offset)
Qodimin , Ibnu, tt ,Tarjamah
Nusus Alalm,(Sarang: Maktabah Abwariyah)
http://www.abatasa.com/pustaka/detail/bahasa-arab/7/sabtu/2/20.15.
![]() |
[2] http://www.abatasa.com/pustaka/detail/bahasa-arab/7/sabtu/2/20.15.
[3] Bahaud Din
Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2006), hlm. 124.
[4] Ibnu Qodimin, Tarjamah
Nusus Alalm, (Sarang: Maktabah Abwariyah, tt), hlm 30.
[5] Ali Jarim,
Nahwu Wadih Jus 1, (Surabaya: Hidayah, tt), hlm 15.
[6] Syamsul
Maarif, Nahwu Kilat,(Bandung, CV Nuansa Aulia, 2008),hlm 40.
[7] Ibid, hlm
40.
[8] Ibnu Qodimin, Op
Cit, hlm 26.
[9]
http://www.abatasa.com/pustaka/detail/bahasa-arab/7/sabtu/2/20.15.