الإستعارة
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Balaghah II
Dosen
Pengampu : Bpk. Mahfud Shidiq, LC, MA

Disusun
Oleh :
Emil
Salim
073211029
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2009
الإستعارة
I.
PENDAHULUAN
Alqur’an
merupakan mu’jizat terbasar bagi nabi Muhammad SAW kemu’jizatannya terkandung
pada aspek bahasa dan isinya. Di aspek bahasa Alqur’an mempunyai tingkat
fashahah dan balaghah yang tinggi. Sedangkan dari aspek isi pesan dan kandungan
maknanya melampaui batas-batas kemampuan manusia. Ketika Alqur’an muncul banyak
di dalamnya terkandung hal-hal yang tidak bisa ditangkap oleh orang-orang pada
zamannya, akan tetapi kebenarannya baru biisa dibuktikan pada abad modern
sekarang ini. Banyak dari ulama’-ulama’kemudian mulai menyusun ilmu Nahwu,
Shorof, dan Balaghah untuk mengetahui sastra alqr’an. Ilmu Balaghah kemudian
disusun oleh pakar bahasa dengan dikelompokkan menjadi 3 bagian salah satunya
adalah ilmu Badi’ yang di dalamnya membahas tentang Isti’arah.
II. RUMUSAN
MASALAH
Makalah iini akan
membahas tentang:
A. Definisi Isti”arah
B. Usur-unsur Isti’arah
C. Pembagian Isti’arah
III. PEMBAHASAN
A.
Definisi Isti’arah
Isti’arah
menurut bahasa adalah mengangkat sesuatu dan memindahkannya dari satu tempat ke
tempat lain.[1] Sedangkan
menurut istilah, Isti’arah adalah majaz yang alaqohnya musyabihat atau dengan
kata lain penggunaan lafadz yang tidak pada tempatnya karena ada alaqoh (
hubungan ) yang serupa ( musyabihat ) antara makna yang di pindah ( Al manqul anhu ) dan yang
di pakai ( al- musta’mal fih ).
Contoh :في
المدرسة رايت
زيدًا
B.
Unsur-unsur Isti’arah
Unsur-unsur Isti’arah mempunyai 3 unsur
:
·
Musta’arlah ( Musyabbah )
·
Musta’ar minhu ( Musyabbah
bih )
·
Musta’ar ( Kata yang
dipinjam )
Pada hakikatnya isti’arah adalah tasybih yang
dibuang salah satu tharafainnya ( must’ar minhu
atau musta’arlahnya ) dan dibuang pada wajah syibh dan adat tasybihnya.[2]
C.
Pembagian Isti’arah
1.
Isti’arah dilihat dari segi
penyebutan tharafainnya:
Ø Isti’arah tasrihiyyah (تصرحية)
yaitu isti’arah
yang hanya menyebutkan musyabbah bih atau musta’ar minhunya dengan kata lain
membuang musyabbah
contoh : كتاب
أنزلناه إليك لتخرج الناس من الظلمات الي النور(إبراهيم : 1)
“Al-qur’an itu suatu kitsb yang kami turunkan
kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.”
Pada ayat diatas
terdapat kata الظلماتdan النور .Kedua
kata pada ayat diatas digunakan untuk makna majazi maka sebenarnya kata الضلال untuk makna الظلمات dan الهدي untuk makna النور. Kata الضلال dan الهدي merupakan musyabbah yang dibuang sedangkan
الظلمات dan الهدي adalah musyabbah bih.
Ø Isti’arah makniyyah
yaitu isti’arah
yang membuang musyabbah bihnya atau musta’ar minhunya dan menyebutkan sesuatu
yang sesuai dengan musyabbah bihnya
contoh : ني لرأيت رؤوسا قد أينعت # وحان قطافها وإني لصاحبها
”sungguh aku melihat kepala-kepala yang sudah ranum
dan sudah tiba waktu memanennya dipetik dan akulah pemetiknya.”
Pada contoh syi’ir
atau ungkapan diatas kita menemukan ungkapan رؤوسا
قد أينعت
(kepala-kepala yang sudah ranum). Dari perkataan أينعت (sudah ranum), kita dapat mengetahui bahwa
ada penyamaan kepala dengan buah-buahan.
Disina hanya
disebutkan musta’arlah (musyabbah) saja yaitu “kepala” sedang musta’ar minhunya
tidak ada, hanya diisyarahkan dengan kata ranum yang mana kata tersebut
lazimnya di gunakan untuk buah-buahan. Kata “buah-buahan” sebagai musta’ar
minhunya dibuang.[3]
2.
Isti’arah dilihat dari segi
tharafain
Ø Isti’arah Inadiyah (عنادية)
Adalah isti’arah
yang kedua thorofnya tidak bias bersatu.
Contoh: كتاب
أنزلناه إليك لتخرج الناس من الظلمات الي النور(إبراهيم : 1)
“Al-qur’an itu suatu kitsb yang kami turunkan
kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.”
Kata yang berarti gelap/ الضلال itu tidak bisa bersatu dengan kata النور yang berarti cahaya/petunjuk karena
keduanya saling berlawanan.
Isti’arah Inadiyah
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tamlihiyah
(تملحية)
Yaitu asti’arah yang dimaksudkan
untuk memaniskan makna atau memuliakan makna. Contoh: رأيت
أسدا- تريد جبانا
2. Tahkimiyah
(تهكمية)
Yaitu isti’arah yang dimaksudkan
untuk menghina.
Contoh: فبشرهم
بعذاب أليم
Lafadz فبشرهم merupakan isti’arah yang
dimaksudkan untuk menghina orang-orang kafir karena untuk menakut-nakuti (للإخذار).
Ø Isti’arah wifaqiyah (وفاقية)
Isti’arah yang kedua thorofnya bisa bersatu
seperti kumpulnya النور dan الهدي .
contoh: او من كان ميتا فأحييناه....(الأنعام:123)
(اي ضالاّ فهديناه)
Kata فأحييناه yang berarti hidup bisa berkumpul dengan
kata فهديناه oleh karena itu contoh tersebut
termasuk isti’arah wifaqiyah.
3.
Isti’arah dilihat dari segi
thorof musta’arnya
Ø Isti’arah Tahqiqiyah (تحققية)
Adalah
isti’arah yang musta’ar lah-nya berupa kata yang nyata/konkret baik ditinjau
secara indrawi maupun aqli.
Contoh
indrawi: رأيت
بحرًا يعطي
Karena بحرًا adalah musta’ar lah yang nyata bila ditinjau secara
indrawi karena makna dari lafadz بحرًا bisa dilihat dari kasat mata.
Disini kata بحرًا merupakan lafadz isti’arah dari orang-orang yang
dermawan oleh karena itu pada contoh tersebut termasuk isti’arah tahqiqiyah.
Contoh aqli: إهدنا الصراط المستقيم
Kata الصراط المستقيم
merupakan musta’ar lah yang nyata bila ditinjau secara
aqli karena الصراط المستقيم hanya
bisa diakal untuk memahaminya dan tidak bisa dilihat secara indrawi. Disini
kata الصراط المستقيم
merupakan lafadz isti’arah dari الدين الحق oleh karena itu contoh
tersebut merupakan isti’arah tahqiqiyah.
Ø Isti’arah Tahyiliyah (تخيلية)
Adalah isti’arah yang musta’ar lah-nya
tidak nyata.
Contoh: انشبت المانية اظفارها بفلان
Lafadz merupakan musta’ar lah ynag
tidak nyata baik dilihat
secara indrawi maupun aqli oleh karena itu contoh tersebut termasuk isti’arah
tahyiliyah.[4]
4.
Isti’arah dilihat dari segi
jami’
Ø Qoribah (قريبة)
Adalah isti’arah
yang jami’nya itu dhomir yang tidak perlu pembahasan atau pemikiran yang
panjang, seperti رأيت أسدا يرمي. Jami’
dlaam kalimat ini adalah pemberani.
Ø Ghoribah (غريبة)
Adalah isti’arah
yang jami’nya samar-samar yang hanya bisa diketahui orang-orang khusus, seperti
contoh syair:
غمر
الرداء اذا تبسم ضاحكا # غلقت لضحكته رفاب المال
غمر
الرداء
artinya كثير
العطيا والمعروف , kata الرداء adalah isti’arah dari kataالمعروف karena الرداء itu menutupi pemiliknya kemudian
kata الرداء menjadi kataمضاف اليه dari
الغمر yang juga sebagai qarinah
bahwa kata الرداء bukan
berarti الثوب(jenis pakaian) karena kata الغمر adalah
salah satu dari sifat harta bukan dari sifat pakaian. Isti’arah ini tidak bisa
diketahui kecuali orang-orang khusus, oleh karena itu contoh tersebut isti’arah
gharibah.[5]
5.
Isti’arah dilihat dari
mulaimnya
Ø Isti’arah murosyahah
(مرشحة)
Yaitu isti’arah yang menyebutkan mulaim-nya musta’ar
minhu.
Contoh: أولئك الذين اشتروا الضلالة بالهدى فما ربحت تجارتهم
(البقرة:16)
“Mereka itulah orang yang
membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk.”
Pada ayat tersebut musta’ar minhu-nya adalah
lafadz الإشتراء
sedangkan musta’ar lah-nya adalah الإختيار (memilih) karena ada جامع lafadz yang mantesi (ahsanul
faidah / sebaik-baiknya faidah). Adapun qarinah yang mencegah untuk menggunakan
makna asli adalah “"الضلالة. Kata isti’arah الإشتراء pada ayat tersebut di sesuaikan dengan mulaimnya
yaitu فما ربحت تجارتهم, oleh karena itu
dinamakan isti’arah murosyahah.
Ø Isti’arah mujarodah
(مجردة)
Isti’arah yang menyebutkan mulaimnya musyabbah
atau musta’ar lah, seperti contoh: لاتتفكهوا بأعرض الناس, فشرُّ الخلقِ الغيبة
Kata لاتتفكهوا yang bermakna تكلم فى الغرض adalah
musyabbah bih, musyabbahnya adalah تكلم فى الغرض . Karena ada jami’ sebagian orang itu condong pada sesuatu.
Pada kalimat di atas terdapat mulaimnya musyabbah yaitu فشرُّ الخلقِ الغيبة dan qarinah yang mencegah untuk menggunakan makna
asli yaitu (أعرض الناس).
Ø Isti’arah Muthlaqah
Yaitu
isti’arah yang tidak menyebutkan mulaimnya musta’ar dan musta’arlah atau
isti’arah yang menyebutkan mulaimnya musta’ar dan musta’arlah secara bersamaan.
Contoh: إنا لما طغى الماء
حملنا عليكم فى الجارية
Lafadz طغى diserupakan dengan
الزيادة karena ada jami’ تجاوزالحد (melebihi batas). Dalam ayat tersebut tidak menyebutkan mulaim
baik dari musyabbah / musyabbah bih, oleh karena itu disebut isti’arah
muthlaqah.[6]
6.
Isti’arah dilihat dari segi
ifrod & tidaknya
Ø
Isti’arah Ifrodiyah (إفرادية)
Yaitu isti’arah
yang lafadz isti’arahnya mufrod sebagaimana dalam isti’arah tashrihiyah dan
makniyah
Ø
Isti’arah murokabbah (مركبة)
Yaitu isti’arah
yang lafadz isti’arahnya tersusun (lafadznya
). Isti’arah ini disebut juga isti’arah tamsiliyah, contoh: رأيت
زيدا-تقدم رجالا وتؤخر اخر
Lafadz yang bergaris bawah itu
adalah isti’arah yang murokabbah.[7]
7.
Istiarah dilihat dari
lafadz isti’arahnya
Ø Isti’arah Asliyah (أصلية)
Yaitu isti’arah
yang lafadz isti’arahnya berupa isim jamid yang tidak musytaq, seperti lafadz كوكبا pada syair berikut:
كوكبا
ماكان أقصى عمره # وكذلك عمر كواكب الأشجار
Kata كوكبا adalah isim jamid oleh karena itu disebut
isti’arah asliyah. كوكبا adalah musta’ar dan
musta’arlah-nya ابن,
alaqahnya صغرالجسم
(bentuknya kecil)
Ø Isti’arah Tabi’iyah (تبعية)
Yaitu isti’arah yang lafadz isti’arahnya berupa
isim musytaq/ fi’il, seperti lafadz سكت pada firman Allah berikut:
ولما سكت عن موسى الغضب أخذ الألواح وفى نسختها هدى
ورحمة (الأعراف:154)
“Sesudah amarah nabi Musa
menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) lauh-lauh (taurat) itu, dan dalam
tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut pada
Tuhannya.”
Lafadz سكت diserupakan
dengan انتهاء الغضب (selesainya marah nabi Musa) karena
ada jami’/ alaqah yaitu الهدوء/ tenang.[8]
IV. KESIMPULAN
Isti’arah
adalah majaz yang alaqohnya musyabihat atau dengan kata lain penggunaan lafadz
yang tidak pada tempatnya karena ada alaqoh ( hubungan ) yang serupa (
musyabihat ) antara makna yang di pindah ( Al manqul anhu ) dan yang di pakai ( al-
musta’malfih ).
أركان الإستعارة:
Ø مستعار منه
Ø مستعار له
Ø مستعار

Ø 


مصرحة – طرف عنادية تهكمية




وفاقية
Ø مكنية
Ø تخييلية
Ø 
جامع قريبة


غريبة

أقسام
الإستعارة
Ø 

ملائم مرشحة



مجردة
مظلفة
Ø 
افراد او لا مفردية


مركبة
Ø 
لفظ استعارة أصلية


تبعية
Ø 
ذكر مستعار تحقيقية


تخيييلة
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, baik
kekurangan dalam pengambilan referensi maupun kekeliruan dalam penulisan.
Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah mengharapkan
peran aktif anda sekalian untuk menyampaikan kritik konstruktif demi
tercapainya makalah yang mendekati sempurna. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
al- Hasyimi, Sayyid Ahmad. 1960. Jawahirul
Balaghah. Maktabah dar ihyalkutubil arobiyah.
Atiq, Doktor Abdul Aziz. Ilmu
Bayan. Beirut :
Darulannadloh al arobiyah.
Dimyati, Haris ‘Alaikum. Jawahirul makmun. PIP Tremas.
Zaenuddin, Mamat & Yayan
Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghoh. Bandung : Refika Aditama.
[1] Doktor
Abdul Aziz Atiq, Ilmu Bayan, Bairut, Darulannadloh al arobiyah, hal 167
[2] Sayyid
Ahmad al- Hasyimi, Jawahirul Balaghah, Maktabah dar ihyalkutubil
arobiyah, 1960,hal 303
[3] Mamat
Zaenuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghoh, Bandung , Refika Aditama, 2007, hlm. 34-35
[4] Haris ‘Alaikum Dimyati, Jawahirul
makmun. PIP Tremas, hal. 42.
[6] Doktor
Abdul Aziz Atiq, Op. Cit., hal. 186.
Selamat siang
Pinjaman sukses untuk Membangun
Apakah Anda membutuhkan pinjaman mendesak? Kami memberikan pinjaman kepada individu yang tertarik yang mencari pinjaman dengan itikad baik. Apakah Anda serius membutuhkan pinjaman mendesak? maka Anda berada di tempat yang tepat. Kami memberikan pinjaman bisnis, pinjaman pribadi, pada jumlah minimum € 2,000.00 dengan jumlah maksimum € 40,000.000.00, hubungi kami untuk permintaan pinjaman di 2% suku bunga rendah untuk memenuhi permintaan Anda dan berangkat dari problem.contact keuangan kami hari ini via email: jsemkffloaninvestment@gmail.com
Isi Out Informasi ini Berikut
Nama lengkap:
Negara:
Nomor telepon:
Jumlah Pinjaman Dibutuhkan:
Pinjaman Durasi:
Pendapatan bulanan:
Alamat rumah:
Terima kasih karena kami menunggu tanggapan Anda
Jeff Michael perusahaan pinjaman.
Pinjaman / Penyedia Keuangan.